Jumat, 22 April 2011
Kandungan Surah Al Fatihah
1. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang[1].
2. Segala puji[2] bagi Allah, Tuhan semesta alam[3].
3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
4. Yang menguasai[4] di hari Pembalasan[5].
5. Hanya Engkaulah yang kami sembah[6], dan Hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan[7].
6. Tunjukilah[8] kami jalan yang lurus,
7. (yaitu) jalan orang-orang yang Telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.[9]
[1] Maksudnya: saya memulai membaca al-Fatihah Ini dengan menyebut nama Allah. setiap pekerjaan yang baik, hendaknya dimulai dengan menyebut asma Allah, seperti makan, minum, menyembelih hewan dan sebagainya. Allah ialah nama zat yang Maha suci, yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya, yang tidak membutuhkan makhluk-Nya, tapi makhluk yang membutuhkan-Nya. Ar Rahmaan (Maha Pemurah): salah satu nama Allah yang memberi pengertian bahwa Allah melimpahkan karunia-Nya kepada makhluk-Nya, sedang Ar Rahiim (Maha Penyayang) memberi pengertian bahwa Allah senantiasa bersifat rahmah yang menyebabkan dia selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada makhluk-Nya.
[2] Alhamdu (segala puji). memuji orang adalah Karena perbuatannya yang baik yang dikerjakannya dengan kemauan sendiri. Maka memuji Allah berrati: menyanjung-Nya Karena perbuatannya yang baik. lain halnya dengan syukur yang berarti: mengakui keutamaan seseorang terhadap nikmat yang diberikannya. kita menghadapkan segala puji bagi Allah ialah Karena Allah sumber dari segala kebaikan yang patut dipuji.
[3] Rabb (Tuhan) berarti: Tuhan yang ditaati yang Memiliki, mendidik dan Memelihara. Lafal Rabb tidak dapat dipakai selain untuk Tuhan, kecuali kalau ada sambungannya, seperti rabbul bait (tuan rumah). 'Alamiin (semesta alam): semua yang diciptakan Tuhan yang terdiri dari berbagai jenis dan macam, seperti: alam manusia, alam hewan, alam tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati dan sebagainya. Allah Pencipta semua alam-alam itu.
[4] Maalik (yang menguasai) dengan memanjangkan mim,ia berarti: pemilik. dapat pula dibaca dengan Malik (dengan memendekkan mim), artinya: Raja.
[5] Yaumiddin (hari Pembalasan): hari yang diwaktu itu masing-masing manusia menerima pembalasan amalannya yang baik maupun yang buruk. Yaumiddin disebut juga yaumulqiyaamah, yaumulhisaab, yaumuljazaa' dan sebagainya.
[6] Na'budu diambil dari kata 'ibaadat: kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, Karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya.
[7] Nasta'iin (minta pertolongan), terambil dari kata isti'aanah: mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri.
[8] Ihdina (tunjukilah kami), dari kata hidayaat: memberi petunjuk ke suatu jalan yang benar. yang dimaksud dengan ayat Ini bukan sekedar memberi hidayah saja, tetapi juga memberi taufik.
[9] yang dimaksud dengan mereka yang dimurkai dan mereka yang sesat ialah semua golongan yang menyimpang dari ajaran Islam.
Syair Abu Nawas
Ilahi lastu lilfirdausi ahla, walaa aqwa ‘ala naaril jahiimi
Fahabli taubatan waghfir dzunubi, fainaka ghafirudz- dzanbil ‘adzimi
Dzunubi mitslu a’daadir- rimali, fahabli taubatan ya Dzal Jalaali
Wa ‘umri naqishu fi kulli yaumi, wa dzanbi zaaidun kaifa –htimali
Ilahi ‘abdukal ‘aashi ataak, muqirran bi dzunubi wa qad di’aaka
fain taghfir fa anta lidzaka ahlun, wain tadrud faman narju siwaaka
…………..
Ya Allah …tidak layak hambaMu ini masuk ke dalam surga-Mu
tetapi hamba tiada kuat menerima siksa neraka-Mu
Maka kami mohon tobat dan mohon ampun atas dosaku
sesungguhnya Engkau Maha Pengampun atas dosa-dosa
Dosa-dosaku seperti butiran pasir di pantai
maka anegerahilah hamba taubat, wahai Yang Memiliki Keagungan
Dan umur hamba berkurang setiap hari,
sementara dosa-dosa hamba selalu bertambah, bagaimana aku menanggungnya
…………..
Tampaknya syair di atas akan tetap kekal sampai akhir jaman bagi manusia, sebagai pengingat dan renungan tentang dosa-dosa manusia. Siapa pun itu dan dimanapun, syair itu sangat tepat dan cocok sebagai cambuk peringatan. Apalagi di tengah suhu hawa panas yang menimpa bumi, bahkan cuaca tak menentu. Ada yang panas sampai 38 derajat celcius, seperti di jogja. Tapi di lain tempat adalah banjir dan longsor, seperti di jakarta dan Bandung.
Selain itu, menurut saya suhu kebangsaan juga sedang panas. Sakit dan meradang. Apalagi hari ini, di televisi banyak suguhan adegan ”kekerasan”. Baik di luar ruangan gedung wakil rakyat, maupun di dalam ruangan. Saya sebagai penonton sampai malu, ga tega mau melihat lebih lanjut. Lalu apakah para pemeran adegan itu merasakan malu?
*Syair tersebut adalah gubahan Abu Ali al-Hasan ibnu Hani al-Hakami. Seorang sufi besar dan juga seorang penyair Islam termasyhur di era kejayaan Islam pada zaman kekuasaan Sultan Harun al Rasyid al Abassi, yang menjadi khalifah Dinasti Abasiyah tahun 786-809. Pada zamannya beliau terkenal dengan sebutan Abu Nawas.
Fahabli taubatan waghfir dzunubi, fainaka ghafirudz- dzanbil ‘adzimi
Dzunubi mitslu a’daadir- rimali, fahabli taubatan ya Dzal Jalaali
Wa ‘umri naqishu fi kulli yaumi, wa dzanbi zaaidun kaifa –htimali
Ilahi ‘abdukal ‘aashi ataak, muqirran bi dzunubi wa qad di’aaka
fain taghfir fa anta lidzaka ahlun, wain tadrud faman narju siwaaka
…………..
Ya Allah …tidak layak hambaMu ini masuk ke dalam surga-Mu
tetapi hamba tiada kuat menerima siksa neraka-Mu
Maka kami mohon tobat dan mohon ampun atas dosaku
sesungguhnya Engkau Maha Pengampun atas dosa-dosa
Dosa-dosaku seperti butiran pasir di pantai
maka anegerahilah hamba taubat, wahai Yang Memiliki Keagungan
Dan umur hamba berkurang setiap hari,
sementara dosa-dosa hamba selalu bertambah, bagaimana aku menanggungnya
…………..
Tampaknya syair di atas akan tetap kekal sampai akhir jaman bagi manusia, sebagai pengingat dan renungan tentang dosa-dosa manusia. Siapa pun itu dan dimanapun, syair itu sangat tepat dan cocok sebagai cambuk peringatan. Apalagi di tengah suhu hawa panas yang menimpa bumi, bahkan cuaca tak menentu. Ada yang panas sampai 38 derajat celcius, seperti di jogja. Tapi di lain tempat adalah banjir dan longsor, seperti di jakarta dan Bandung.
Selain itu, menurut saya suhu kebangsaan juga sedang panas. Sakit dan meradang. Apalagi hari ini, di televisi banyak suguhan adegan ”kekerasan”. Baik di luar ruangan gedung wakil rakyat, maupun di dalam ruangan. Saya sebagai penonton sampai malu, ga tega mau melihat lebih lanjut. Lalu apakah para pemeran adegan itu merasakan malu?
*Syair tersebut adalah gubahan Abu Ali al-Hasan ibnu Hani al-Hakami. Seorang sufi besar dan juga seorang penyair Islam termasyhur di era kejayaan Islam pada zaman kekuasaan Sultan Harun al Rasyid al Abassi, yang menjadi khalifah Dinasti Abasiyah tahun 786-809. Pada zamannya beliau terkenal dengan sebutan Abu Nawas.
Barang barang yang sering hilang di pesantren
Ini Adalah Daftar Barang Barang yang sering hilang Di Pesantren :
- Kaos Kaki
- Sandal (terutama)
- Kaos Dalam (Baju Dalam )
- Celana Dalam
- Buku Paket
- Sepatu
- Celana
- Baju
- Makanan
- Gayung
- Sikat Gigi
- Pasta Gigi
- Sabun
- Shampoo
- Minyak Wangi
- Sisir
Langganan:
Postingan (Atom)